Category: Obat & Vaksin

PENEMU NOBEL HEPATITIS C, SELANJUTNYA AKANKAH ADA PENEMU NOBEL COVID

PENEMU NOBEL HEPATITIS C, SELANJUTNYA AKANKAH ADA PENEMU NOBEL UNTUK COVID-19?

MORITA – Belum lama ini, tanggal 6 Oktober 2020, The New York Times melaporkan Tiga ilmuwan yakni Harvey J. Alter, Michael Houghton and Charles M. Rice telah memberikan kontribusi dalam penemuan virus Hepatitis C.

Hal tersebut ditemukan melalui isolasi sekuens genetic virus dan dianugerahi Nobel Prize in Physiology or Medicine 2020.

Penemuan tersebut mampu digunakan untuk menghasilkan blood test yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi virus Hepatitis C.

Baca juga: JANGAN LENGAH, CEGAH COVID KLASTER KELUARGA

Hepatitis C merupakan jenis hepatitis yang ditularkan melalui darah, dan menjadi masalah kesehatan global utama.

Hal ini yang menyebabkan sirosis dan kanker hati pada orang-orang di seluruh dunia1.

Selain Hepatitis C, virus yang sedang marak diperbincangkan di seluruh dunia pada kondisi pandemi saat ini adalah SARS-CoV-2 (COVID-19).

Illustration: (google)

Virus SARS-CoV-2 memasuki sel inang dengan cara berikatan dengan suatu reseptor di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2).

Kemudian virus SARS-CoV-2 akan memulai mereplikasi diri.

Virus ini juga berpotensi menginfeksi beberapa organ seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal dan usus karena keberadaan ACE2 yang juga ditemukan pada permukaan sel organ-organ tersebut.

Penanganan terhadap penyakit tersebut telah diupayakan oleh banyak pihak baik pemerintah, pelayanan kesehatan, ilmuwan dan masyarakat.

Upaya tersebut antara lain: penemuan vaksin dan obat-obatan yang dapat menangani infeksi virus SARS-CoV-2.

Pengembangan vaksin dilakukan untuk memicu protective immune responses, utamanya pada virus-neutralizing antibodies specific untuk SARS-CoV-2.

Berdasarkan data WHO pada tanggal 2 Oktober 20202, terdapat 42 kandidat vaksin dalam uji klinis dan 151 kandidat vaksin dalam uji preklinis.

Vaksin-vaksin yang dalam uji klinis menggunakan vaccine platform antara lain inaktif, Non-Replicating Viral Vector, Replicating Viral Vector, protein subunit, RNA, DNA dan VLP. 

Saat ini di Indonesia telah dilakukan pula uji klinik fase III terhadap vaksin sinovac oleh PT. Bio Farma bekerja sama dengan FK Unpad.

Melihat dari luasnya pandemi serta banyaknya kasus dari COVID-19, ilmuwan-ilmuwan tengah berusaha untuk menemukan vaksin yang mampu menjadi jawaban atas permasalahan pandemi COVID-19 ini.

Akankah penemu vaksin tersebut nantinya akan dianugerahi penghargaan nobel juga?

Saat ini juga BPOM telah menerbitkan izin penggunaan dalam kondisi darurat (Emergency Use Authorization/ EUA) untuk obat Favipiravir dan Remdesivir.

Favipiravir digunakan untuk pasien derajat ringan dan sedang yang dirawat di rumah sakit.

Remdesivir digunakan untuk pasien derajat berat yang dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Mengapa Harus Memilih Hand Sanitizer Alkohol 80%?

Mekanisme kerja Favipiravir yakni berubah menjadi bentuk aktifnya, favipiravir-RTP yang secara selektif menginhibisi RNA polymerase dan mencegah replikasi viral genome3.

Sedangkan Remdesivir merupakan analog nukleosida yang dapat menghambat RNA polymerase dan menghentikan proses transkripsi RNA.

Namun penggunaan obat ini tidak dapat dikonsumsi secara bebas sehingga hal yang dapat dilakukan untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 adalah dengan menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Selanjutnya, mencuci tangan secara berlebihan dapat mengiritasi tangan karena pH dari sabun yang bersifat basa.

Sehingga penggunaan hand sanitizer dapat lebih menjadi pilihan, karena memiliki pH 4-7 yang sesuai dengan rentang pH kulit.

WHO merekomendasikanformulasi untuk Hand Sanitizer dengan kadar etanol 80% v/v atau isopropil alcohol 75% v/v. (Sumber: Guide to Local Production: WHO-recommended Handrub Formulations)

Kandungan alkohol pada hand sanitizer akan menonaktifkan protein dalam membrane sel virus dan melarutkan lapisan lemak dibagian luar virus.

Contoh produk hand sanitizer yang dapat menjadi pilihan masyarakat saat ini adalah Morita Hand Sanitizer, karena diformulasikan berdasarkan rekomendasi WHO, memiliki pH 6, serta mengandung senyawa humektan berupa gliserol sehingga tidak menyebabkan iritasi dan kekeringan pada tangan. (RND)